Awal bulan Februari, entah berapa restoran yang sudah full booked, entah ada berapa toko kue yang sudah kebanjiran pesanan, entah ada berapa kedai bunga yang sudah mencari infal pegawai untuk mengerjakan pesanan yang sangat banyak, semua karena Februari, bulan yang sangat simbolik dengan percintaan, semua karena Valentine.
Salahkan Saint Valentine karena banyak perempuan yang menuntut ini itu pada bulan Februari, salahkan beliau karena barometer romantisme pasangan tengah dipaksa untuk unjuk gigi dan terimakasih kepada beliau karena masih banyak orang yang percaya dengan adanya kasih sayang.
Selain banyak yang percaya dengan hari kasih sayang, banyak juga yang enggak percaya, dengan masih saja mengaitkan-ngaitkan hari Valentine dengan agama. Sudahlah, enggak usah lagi meributkan hal-hal yang seperti itu, saya yakin kok semua agama mengajarkan untuk berkasih sayang, nah kalo kamu tanya saya apakah saya percaya dengan Valentine, jawabannya adalah biasa aja, karena saya sendiri adalah orang yang kemungkinan besar susah untuk romantis, pernah saya ngasih coklat ketika hari valentine adalah coki-coki 1 pack di balut pita pink. Romantis? Eh, tapi seenggaknya saya udah berusaha romantis, ngasih coklat aja menurut saya effort komprominya udah cukup nyata.
Kompromi adalah jawabannya. Kompromi adalah jawaban dari semua permasalahan di dunia ini, kalau kamu tipikal orang yang enggak percaya atau terlalu memberhalakan Valentine, ya kompromi jawabannya, menghargai apa pilihan orang, jadi bikin adem suasana kok. Tapi bagi diri saya, ada satu hal yang belum bisa saya kompromiin, yaitu ngasih bunga ke cewek, enggak tau kenapa, tapi menurut saya itu buang-buang waktu. Kenapa buang-buang waktu? Sekarang gini, apa gunanya ngasih bunga ke cewek? Biar dibilang romantis? Enggak juga, coba kamu pikir berapa banyak orang di dunia ini yang ngasih bunga ke pasangannya dan setelah dikasih bunga, si pasangannya itu merawat bunganya? Coba ada berapa banyak? Sedikit pasti! Kalau bunganya udah layu pasti dibuang. Nah, buat apa ngasih sesuatu yang ujung-ujungnya bakal dibuang juga? Percuma. Hanya mengejar simbolisme romantis karena dikasih bunga? Ya kalau kamu tipe orang yang seperti itu kemungkinan besar kamu orang yang hanya suka prosesnya tapi tidak hasilnya, kamu hanya suka ‘mendapatkan’ bukan ‘merawat’.
Makanya, kalau ada yang kasih bunga coba tolong dirawat, ditanem, dikasih pupuk, air dan sinar matahari yang cukup, tanam satu tumbuh seribu, siapa tau bisa jadi kebun bunga dan siapa tau kamu bisa bisnisin kebun bunga dan kamu jadi pengusaha bunga yang sukses. Ya kalau pasanganmu males ngerawat, kasih aja bunga plastik, tahan lama, enggak perlu dibuang, cuma ya itu sayangnya, plastik. Cintamu artifisial. Serba salah enggak sih saya nulis gini? Ya pasti serba salah lah, cinta emang serba salah, tanya aja sama Raisa. Ketika Valentine, enggak mau minta bunga, tapi minta duit. Yah namanya juga hari kasih sayang, kalau dikasih pasti disayang.
.
With Love,
Ocky Rimba
Komentar
Posting Komentar